
Jodoh itu rahsia Allah. Siapa pun jodoh kita, itulah yang terbaik telah Allah berikan. Kadang kita lihat ada orang tu berkawan bagai nak rak sehingga satu keluarga besar pasangannya dia kenal tapi jika Allah kata itu bukan jodohnya, maka bukanlah dia pasangan sehidup semati kita.
Ingatlah bahawa jodoh itu milik Allah. Kita hanya mampu merancang.
Pertemuan itu sering berlaku, kita bertemu, berkenalan dan mula perasaan itu datang. Ianya tak di duga, tak di jangka.
Kita mula suka dia dalam dia, kita mula merindui senyuman dia. Kita mula selit namanya dalam setiap doa kita. Kita cuba ambil berat tentang dia.Kita cuba sehabis baik untuk dia.
Dalam kita tak sangka pertemuan itu adalah ujian untuk kita. Kita bertemu sebagai proses perkenalan mungkin sebagai kawan tidak lebih dari itu.
Tetapi itulah hati, selalu berharap lebih dari apa berlaku, berusaha dan akhirnya hati mula terpaut.
Kita cuba rancang satu persatu mahligai indah untuk membina masjid teguh. Cinta bertaut berlandas jalanNya, akidah di jaga, pergaulan di bataskan.
Tetapi siapalah kita untuk mentakdirkan sesuatu kerana kita hanya hamba,takdir itu Allah yang tentukan. Hanya kita manusia merancang sesuatu mengikut kemahuan kita.
Serapat mana kasih berpaut, jika Allah telah takdir dia bukan milik kita maka akan terpisah juga. Segalanya berlaku merupakan ujian untuk kita. Mungkin ada yang lebih baik untuk kita dan dia.
Apa jua berlaku bersangka baik dengan Allah. Kecewa itu pasti tetapi teguhkan hati untuk yakin dengan Allah.
Jadi jangan terlalu berharap, kadang takdir kita hanya dapat bertemu, kenal dan berkawan sahaja belum tentu jodoh.
Sumber : Aku penghibur
Download seeNI sekarang!
KLIK DI SEENI
Wanita Seperti Ini Akan Dipakaikan 2 Gelang Dari Api Neraka Jika Tidak Melakukan Ini

Rasulullah SAW dalam sabdanya bahkan mengatakan jika mayoritas penduduk neraka adalah wanita. Di sana, kaum hawa didera dengan beragam siksa. Bukan tanpa alasan, siksaan ini merupakan balasan atas tindakan di dunia yang bertentangan dengan ajaran.
Salah satu siksaan yang diterima adalah dipakaikan dua gelang dari api neraka. Tidak terbayangkan bagaimana panasnya ketika gelang ini menyentuh kulit. Namun, tidak ada lagi ampunan pada hari itu, yang ada hanya jeritan memohon ampunan yang sia-sia. Siapa wanita ini dan apa dosanya?
Ternyata wanita yang akan dipakaikan gelang oleh Allah SWT dari api neraka saat hari kiamat kelak adalah wanita yang gemar menggunakan perhiasan akan tetapi mereka tidak mengeluarkan zakat atas perhiasan tersebut.
Banyak wanita yang menjadikan perhiasan sebagai penunjang penampilan mereka. Tidak hanya itu, kaum hawa juga menjadikan perhiasan untuk menunjukkan kelas sosial di masyarakat serta untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Akan tetapi, jika perhiasan tersebut tidak dipergunakan sesuai dengan tuntunan syar’i maka mereka bisa terjerumus dalam lembah dosa. Seperti penggunaannya untuk tujuan pamer, kesombongan, untuk menarik pria yang bukan mahram. Terlebih lagi apabila wanita tersebut tidak mengeluarkan zakat atas perhiasan yang mereka pergunakan.
Diceritakan dari Amr bin Syu’aib dari bapak dari kakeknya, ia berkata bahwa, “Ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah bersama dengan anak wanitanya, di tangannya ada dua buah gelang besar yang terbuat dari emas. Maka Rasulullah pun bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah mengeluarkan zakat emas itu?” Wanita itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau akan merasa senang jika nanti Allah akan memakaikan kepadamu pada hari kiamat dengan dua gelang dari api neraka.” Wanita itu pun lalu melepas kedua gelangnya dan memberikannya kepada Rasulullah sambil berkata, “Keduanya untuk Allah dan Rasul Nya.” (HR. Abu Daud no. 1563 dan An Nasa’i no. 2479. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
Allah Ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 34-35 bahwa, “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Pada hari di panaskan emas perak itu dalam neraka jahannam , lalu di bakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
Dari Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang memiliki emas atau perak namun tidak mengeluarkan zakatnya maka pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan yang terbuat dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, kemudian disetrika dahinya, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut.
Setiap kali lempengan itu dingin maka akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian ia akan melihat tempat kembalinya apakah ke surga ataupun ke neraka.” (HR. Muslim no. 987)
Dari Asma’ binti Yazid, ia berkata, “Aku masuk bersama bibiku untuk menemui Rasulullah dan ketika itu bibiku memakai beberapa gelang dari emas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bertanya kepada kami, “Apakah kalian sudah mengeluarkan zakat emas ini?” Kami jawab, “Tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah kalian merasa takut kalau nantinya Allah akan memakaikan kepada kalian gelang dari api neraka. Oleh sebab itu, keluarkanlah zakatnya.” (Lihat Jaami’ Ahkamin Nisa’, 2: 155-156)
Seperti halnya zakat yang dikeluarkan pada emas dan perak, kita juga wajib untuk megeluarkan zakat perhiasan setiap tahunnya. Namun dengan catatan saat sudah mencapai haulnya yaitu 1 tahun hijriyah dan selama masih mencapai nisbab.
Adapun ketentuannya yaitu, nisbab emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram emas dan perak adalah 200 dirham setara dengan 595 gram perak.
Jadi apabila kita mempunyai emas dan perak uang sudah masuk nisbab nya maka wajib bagi kita untuk mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 %.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatu pun yaitu dalam emas sampai memiliki 20 dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, terdapat padanya zat 1/2 dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada zakat pada harta, kecuali setelah satu haul” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Semoga dengan mengetahui hal ini dapat membuat kita menjadi hamba yang lebih bertakwa dan mampu menjalankan kewajiban sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Sumber : Bahasa hati
Download seeNI sekarang!
KLIK DI SEENI
Ada Sebab Kenapa Islam Melarang Makan Haiwan Eksotik & Berbisa, Antaranya Bawa Penyakit!

Situasi trending yang sedang menakutkan kebanyakan negara terutamanya di benua Asia buat masa ini tak lain tak bukan ialah wabak Virus Corona.
Walaupun pasukan saintis sedunia masih mencari punc sebenar wujudnya virus misteri ini sejak akhir Disember 2019, ramai yang mengaitkan Virus Corona dengan pengambilan haiwan eksotik terutamanya ular, tikus, kelawar dan lain-lain sebagai makanan di China.
Pada waktu yang sama, sebahagian pasukan saintis berkata kita tak seharusnya membuat kesimpulan sebelum ia benar-benar disahkan.
Apapun, seperti wabak Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pernah melanda dunia sekitar tahun 2002-2003, Virus Corona juga berkait dengan kumpulan kelawar yang merupakan menu haiwan eksotik bagi sesetengah kaum tertentu.
Mereka mensyaki ada di antara haiwan eksotik yang dijual di pasaraya basah Wuhan dijangkiti wabak tersebut daripada kumpulan Kelawar dan akhirnya merebak kepada manusia.
Lalu, masyarakat Muslim pantas mengingati semula akan larangan agama terhadap makanan eksotik seperti ini. Ada sebab dan hikmah mengapa kita dilarang untuk makan haiwan bertaring dan berbisa.
Ia telah disebut dalam Surah al-A’raf ayat 157.
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
Maksudnya : “Dan ia menghalalkan bagi mereka segala benda yang baik, dan mengharamkan kepada mereka segala benda yang buruk”
Menurut perkongsian saudara Faiq Syahmi, apabila Allah mencipta dunia ini, Allah maha mengetahui kebaikan dan keburukan yang berada di dalamnya. Contohnya makanan yang diharamkan adalah daging khinzir.
“Khinzir adalah binatang yang mempunyai peranan yang lain di muka bumi. “Makanan untuk khinzir juga terdiri daripada sampah, bangkai dan serangga. Terlalu banyak jenis makanan yang dimakan oleh khinzir, maka ia tidak sesuai untuk badan manusia.”
Hikmah Larangan Memakan Haiwan Eksotik & Berbisa
Bagaimana pula hikmah Allah melarang kita daripada mengambil makanan binatang bertaring?
Haiwan Eksotik
Menurut hadis yang diriwiyatkan oleh Ibnu Abbas, Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ وَعَنْ كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنَ الطَّيْرِ
Maksudnya : “Rasulullah SAW melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring dan setiap jenis burung yang mempunyai kuku untuk mencengkam.”
Kata Faiq lagi, “Hikmah tidak memakan binatang bertaring seperti kelawar, ular, dan lain-lain telah terbukti hari ini.
“Virus daripada sejenis binatang boleh berjangkit ke binatang yang lain, akhirnya merebak kepada pengguna akhir iaitu manusia.”
Lalu, apakah fungsi sesuatu binatang jika mereka tidak dicipta untuk dimakan?
Fungsi siratan makanan adalah untuk mengawal sesetengah haiwan dari spesis yang lain untuk hidup berlebihan di bumi.
Jika tiada haiwan pemangsa di dalam hutan, maka jumlah haiwan herbivor akan bertambah, tidak terkawal lalu menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.
Begitulah hebatnya hukum dan hikmah yang telah ditetapkan islam. Bukan sahaja sesetengah haiwan diharamkan. Malah makan berlebihan yang memberi mudarat pada tubuh badan seseorang.
Wallahualam.
Sumber : Kataustaz
Download seeNI sekarang!
KLIK DI SEENI
Perkahwinan Adalah Separuh Dari Agama
Ada sebuah hadis yang menerangkan bahawa perkahwinan adalah separuh dari agama. Sahihkah hadis tersebut, dan apakah maksud “separuh dari agama”?
Setiap muslim perlu memiliki disiplin apabila menerima ilmu agama, yakni dengan memastikan dalil-dalil yang diterima memiliki rujukannya, lagi sahih darjatnya. Jangan sekadar menerima sesuatu ayat al-Qur’an melainkan diketahui nama surah dan nombor ayat, supaya kelak boleh merujuk kembali kepada ayat tersebut. Jangan sekadar menerima sesuatu hadis Rasulullah melainkan diketahui siapakah imam hadis yang meriwayatkannya dan apakah darjat hadis tersebut.
Merujuk kepada hadis perkahwinan ialah separuh agama, maka lafaznya adalah seperti berikut.
Rasulullah bersabda: Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separuh yang selebihnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan dinilai hasan (baik) oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no: 1916-B.
Maksud menyempurnakan separuh agamanya ialah bagi menerangkan keutamaan tuntutan perkahwinan dalam Islam. Sebegitu utama sehingga ia dapat menyempurnakan separuh dari agama seseorang.
Selain itu, ia juga bermaksud perkahwinan ialah jalan untuk masing-masing pasangan berkhidmat dan berbuat baik kepada satu sama lain sehingga ia menjadi ibadah yang menjana banyak pahala. Apabila suami keluar bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, maka ia adalah ibadah baginya.
Apabila isteri sibuk mengurusi suami, anak-anak dan rumah, ia menjadi ibadah baginya. Apabila suami memberi didikan agama kepada keluarga, ia menjadi ibadah baginya. Apabila isteri menasihati suami dalam urusan agama, ia menjadi ibadah baginya.
Oleh itu kehidupan di alam perkahwinan sangat banyak membuka jalan bagi suami dan isteri beribadah sehingga ia seolah-olah menyempurnakan separuh dari agama mereka.
Dalam hadis ini juga terdapat petunjuk bahawa perkahwinan bukan sekadar suka-suka sehingga ia dilakukan tanpa ilmu, pengorbanan dan niat yang betul.
Seandainya perkahwinan itu dibiarkan begitu sahaja sehingga masing-masing suami dan isteri mengabaikan peranan dan tanggungjawab masing-masing, ia tidak lagi menjadi separuh dari agama. Bahkan Perkahwinan Adalah Separuh Dari Agama ia menjadi separuh dari sebab yang mendekatkan mereka ke arah neraka.
Oleh: Kapten Hafiz Bin Abdullah dalam bab munakahat Majalah Pesona Pengantin
Download seeNI sekarang!
KLIK DI SEENI